1. Latar Belakang
Berdirinya dinasti Ayyubiyah
Ayyubiyah
adalah sebuah dinasti sunni yang berkuasa dimesir, suriah, sebagian yaman,
irak, mekah, hejaz dan dyarbakir. Dinasti ini didirikan oleh salahuddin
alayyubi pada tahun 1174M. nama lengkapnya adalah salahuddin yusuf ibn ayyub ia
berasal dari suku kerdi hadzbani, ia adalah putra najmudin ayyub dan keponakan
asaddudin syirkuh. Najmudin ayub dan asadudin syirkuh hijrah dari kampung
halamanya didekat danau fan ke takrit, irak. Salahuddin lahir dibenteng takrit
pada tahun 532H atau 1137M. ketika ayahnya menjadi penguasa seljuk di takrit,
pada saat itu ayah dan pamannya mengabdi kepada imaddudin zanky, seorang
gubernur seljuk untuk kota mousul, irak. Ketika imaduddin berhasil merebut
wilayah balbek, libanon pada tahun 534H (1139M). najmudin ayub diangkat menjadi
gubernur balbek dan menjadi abdi raja suryah, yakni nuruddin mahmud. Selama
dibalbek inilah salahudin menekuni teknik dan strategi perang serta politik.
Selanjutnya dia mempelajari teologi sunni selama sepuluh tahun didamaskus,
dalam lingkungan istana nuruddin.
2. Biografi Tokoh Salahuddin Al-Ayyubi
Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuhhijrah (migrasi)
meninggalkan kampung halamannya dekat
Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada 1Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah 1Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah 1Nuruddin Mahmud.
Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan
menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu,
Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari
teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor).
Bersama
dengan pamannya, salahuddin melawan tentara perang salib pada tahun 559-564H
(1164-1168M). mereka berhasil mengusirnya dari mesir sejak saat itu asaduddin
syirkuh diangkat menjadi perdana menteri khilafah fathimiyah. Setelah pamannya
meninggal jabatan perdana menteri dipercayakan kepada salahuddin al ayyubi pada
tahun 1169M. disana, ia mewarisi peranan sulit yaitu mempertahankan mesir dan
melawan penyerbuan dari kerajaan latin jerrussalem. Pada saat itu tidak ada
seorangpun yang menyangka dia dapat bertahan lama dimesir namun keberhasilan
salahuddin dalam mematahkan serangan tentara dan pasukan romawi bzantium yang
melancarkan perang salib kedua terhadap mesir membuat para tentara mengakuinya
sebagai penggganti pamannya.
3. Masa
pemerintahan dinasti ayyubiyah
Pada
awal kedudukannya sebagai perdana menteri, ia masih menghormati simbol-simbol
syiaha pada pemerintahan al adid lidinillah. Namun setelah al adid meninggal
pada tahun 1171M, salahuddin menyatakan loyalitasnya kepada khalifah abbasiyah
(al mustadi) dibagdad dan secara formal menandai berakhirnya rezim fathimiyah
di kairo. Ia tetap mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh
dinasti fathimiyah tetapi mengubah orientasi keagamaannya dari syiah menjadi
sunni. Hal ini sesuai dengan perintah sultan nuruddin dia memerintahkan
salahuddin untuk mengambil kekuasaan dari tangan khilafah fathimiyah dan
mengembalikannya kepada khilafah abbasiyah di bagdad.
Penaklukan
mesir oleh salahuddin pada tahun 1171M tersebut membuka jalan bagi pembentukan
mazhab-mazhab hukum sunni dimesir. Salahuddin memberlakukan mazhab hanafi,
sebelumnya mazhab syafiiyah yang berlaku didinasti fatiniyah. Keberhasilan
tersebut mendorongnya untuk menjadi penguasa otonom dimesir. Dalam
mengsolidasikan kekuatannya, ia memanfaatkan keluarganya untuk melakukan
ekspansi kewilayah lain. Saudaranya dikirim untuk menguasai yaman pada tahun
1173M. taqiyuddin, keponakannya diperintahkan untuk melawan tentara salib di
dimyat. Adapun syihabuddin, pamannya diberi kekuasaan untuk menduduki mesir
hulu. Dari mesir, salahuddin juga dapat menyatukan syiria dan mesofotamiya
menjadi sebuah kesatuan negara muslim. Pada tahun 1174 ia menrebut damaskus
kemudian alippo tahun 1185 dan merebut mousul pada 1186.
Pada
masa pemerintahan salhudidin kekuatan militernya terkenal sangat tangguh
pasukannya diperkuat oleh pasukan Barbar turki, dan afrika ia juga membangun
tembok kota diakiro dan bukit muqattam sebagai benteng pertahanan. Dalam hal
perekonomian, ia bekerja sama dengan penguasa muslim diwilayah lain. Disamping
itu, ia juga menggalakan perdaganggan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan
hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan atas dasar inilah ia melancarkan
gerakan offensif (penyerangan dengan membabibuta) untuk merebut al quds
(jerussalem) dari tangan tentara salib yang dipimpin oleh guy de lusignan di
hittin. Akhirnya pasukannya berhasil menguasai jerussalem pada tahun 1187M. ini
berarti jerussalem dapat dikuasai oleh orang muslim untuk kedua kalinya setelah
delapan puluh tahun dikuasai oleh kaum kristiani. Setelah kejadian itu
orang-orang frank tersingkirkan, meskipun hanya untuk sementara. Usaha
besar-besaran telah dilakukan pasukan salib dari inggris, prancis dan jerman
pada tahun 1189-1192M namun tidak berhasil mengubah kedudukan salahuddin.
Setelah perang berakhir salahuddin memindahkan pusat pemerintahan ke damaskus.
Perjuangan
salahuddin dalam merealisasikan tujuan-tujuan utamanya yaitu mengeluarkan kaum
salib dari baitul makdis dan mengembalikan pada persatuan umat islam, telah
menghabiskan kekuatannya dan mengganggu kesehatannya. Ia meninggal dan
dimakamkan di damaskus pada tahun 1193M, setelah dua puluh lima tahun
memerintah sebelum meninggal ia membagikan kekaisaran ayyubiyah kepada para
anggota keluarga. Oleh karena itu, pengendalian dari pusat tetap berada dibawah
kekuasaan almalik al adil (saudaranya) dan keponakannya al kamil mereka membagi
imperiumnya menjadi sejumlah kerajaan kecil mesir, damaskus, alleppo dan
kerajaan mousul sesuai dengan gagasan saljuk bahwa negara merupakan warisan
keluarga raja. Meskipun demikian ayyubiyah tidak mengalami perpecahan,
karena dengan loyalitas kekeluargaan mesir di integrasikan dalam berbagai
imperium. Mereka menata pemerintahan dengan sistem birokrasi masa lampau yang
telah berkembang dinegara-negara mesir dan siriya melalui distribusi iqta
kepada pejabat-pejabat militer yang berpengaruh.
Ayyubiyah
secara khusus enggan melanjutkan pertempuran melawan sisa-sisa kekuatan pasukan
salib. Mereka lebih memprioritaskan untuk mempertahankan mesir, karena kesatuan
mulai melemah akhirnya pada masa pemerintahan al kamil, dinasti ayyubiyah yang
bertempat di Diyar bakr dan al jazirah mendapat tekanan dari dinasti seljuk rum
dan dinasti khiwarazim syah. Selanjutnya, al kamil mengembalikan jerussalem
kepada kaisar fredrick II yang membawa kedamaian dan kestabilan ekonomi bagi
mesir dan syiria. Oleh karena itu, pada masa tersebut perdagangan kembali
dikuasai oleh kekuatan kristen mediterrania. Setelah al kamil meninggal yakni
pada tahun 1238M, dinasti ayyubiyah dirongrong oleh pertentangan-pertentangan
intern pemerintah.
4. Berakhirnya
Dinasti Ayyubiyah
Runtuhnya
dinasti ayyubiyah dimulai pada masa pemrintahan sultan ash shalih. Pada masa
pemerintahan ash shalih terjadi serangan pasukan budak (mamluk) dari turki yang
berhasil merebut kekuasaan dimesir. Walupun sebelumnya pasukannya berhasil
menaklukan perang salib ke enam yang dipimpin ranja perancis ST Louis,
Setelah ash shalih meninggal pada tahun 1249M, kaum mamluk mengangkat
istri ash shalih, syajarat ad durr sebagai sultan. Dengan demikian berakhirlah
pemerintahan dinasti ayyubiyah dimesir. Meskipun demikian dinasti ayyubiyah
masih berkuasa disuryah. Pada tahun 1260M tentara mongol hendak menyerbu mesir.
Komando tentara islam dipegang oleh qutuz, panglima perang mamluk. Dalam
pertempuran diain jalut, qutuz berhasil mengalahkan tentara mongol dengan gemilang.
Selanjutnya, qutuz mengambil alih kekuasaan dinasti ayyubiyah. Sejak itu,
berakhirlah kekuasaan dinasti ayyubiyah.
5. perkembangan dinasti ayyubiyah.
Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti Ayyubiyah
Sebagaimana
dinasti-dinasti sebelumnya, dinasti ayyubiyah juga mencapai kemajuan yang
gemilang dibidang ilmu pengetahuan diantaranya.
A. Bidang pendidikan
Pemerintahan
dinasti ayyubiyah telah berhasil menjadikan damaskus sebagai kota pendidikan
hal ini ditandai dengan dibangunnya dar al hadis al kamilah pada tahun 1222M
dan madrasha ash shauhiyyaha pada tahun 1239M. Dar al hadis al kamilah dibangun
untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat didalam mazhab
hukum sunni. Adapun madrasha ash shauhiyyaha berperan sebagai pusat pengajaran
empat mazhab.
B. Bidang arsitektur
Kemajuan
dalam bidang arsitektur dapat dilihat pada monumen bangsa arab, bangunan masjid
dibeirut yang mirip gereja dan istana-istana yang menyerupai gereja.
C. Bidang filsafat dan keilmuan
Bukti
kongkrit dari kemajuan filsafat dan keilmuan pada dinasti ayyubiyah adalah
adelasd of bath, karya-karya orang arab tentang astronomi dan geometri,
penerjemahan bidang kedokteran. Pada bidang kedokteran juga telah didirikan
sebuah rumah sakit bagi orang yang menderita cacat pikiran.
D. Bidang industri
Kemajuan
dinasti ayyubiyah dibidang industri dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh
seorang siriya yang lebih canggih dibanding buatan orang barat. Terdapat pabrik
karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.
E. Bidang ekonomi dan perdagangan
Dalam
hal perekonomian dinasti bekerja sama dengan penguasa muslim diwilayah lain.
Disamping itu, ia juga menggalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah,
lautan hindia dan menyempurnakan sistim perpajakan. Pada bidang perdagangan,
dinasti ini membawa pengaruh bagi eropa dan negara-negara yang dikuasainya.
Dieropa terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan
perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan
perdangan sudah mengguakan sistem kredit, bank termasuk Letter of Credit (lc),
bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas. Selain itu juga
dimulai percetakan mata uang dirham campuran (fulus). Percetakan fulus yang merupakan
mata uang dari tembaga dimulai pada masa pemerintahan sultan muhammad al kamil
ibn al adil al ayyubi, percetakan unag fulus tersebut dimaksudkan sebagai alat
tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan denga rasio 48 fulus untuk
setiap dirhamnya.
F. Bidang militer
Pada
masa pemerintahan salahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat tangguh.
Pasukannya diperkuat oleh pasukan Barbar, turki dan afrika. Ia juga membangun
tembok kota di kairo dan muqattam sebagai benteng pertahanan. Selain memiliki
alat-alat perang seperti kuda pedang dan panah dinasti ini juga memiliki burung
elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu adanya
perang salib membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri, perdagangan
dan intelektual misalnya dengan adanya irigasi.
G. Bidang kebudayaan
Salahuddin
al ayyubi menjadi tokoh yang meneladankan satu konsep dan budaya, yaitu
perayaan hari lahir nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud
atau maulid. Maulud atau maulid ini berasal dari kata milad yang berarti
tahun dan bermakna seperti pada istilah ulang tahun.
6. Sebab-Sebab Terjadinya Perang Salib
Perang Salib (491 H – 692 H/ 1097 M – 1292 M) ialah suatu peperangan yang
dilakukan oleh umat Kristen Eropa terhadap umat Islam dengan tujuan untuk
membebaskan Palestina, khususnya kota suci Yerusalam dan kekuasaan umaat
Islam. Perang Salib ini berlangsung selama kurang ± 200 tahun, terdiri
atas tujuh gelombang yang menyebabkan berjuta-juta orang gugur baik dari pihak
Islam maupun pihak Kristen.
Peperangan
tersebut dinamakan Perang Salib karena tentara Kristen memakai lambang Salib
dalam rangka mempersatukan umat Kristen untuk menghadapi umat Islam. Sebenarnya
Perang Salib ini bukanlah semata-mata perang agama tetapi ada latar belakang
lain yang mempengaruhinya, antara lain
Pertama, Perebutan kekuasaan
antara Timur dan Barat yang berlangsung sejak zaman Rumawi di Barat, dan Persia
(Sekarang Iran) di Timur, padahal Persia dahulu dikenal beragama Majusi.
Kedua, Agama
Kristen berkembang pesat di Eropa setelah Paus Paulus mengalihkan kiblatnya ke
Roma dan menjauhkan dari ajaran aslinya di tempat kelahirannya di Timur.
Kemudian datang agama Islam menghancurkan penjajahan Eropa yang bertopeng agama
Kristen di Syiria, Mesir dan Afrika Utara. Islam masuk ke daratan Eropa yaitu
dengan menguasai Andalusia (Spanyol) di Barat dan Konstantinopel di Timur.
Dengan masuknya Islam ke Eropa maka orang Kristen di Eropa menggalang persatuan
untuk menghadapi kekuasaan Islam.
Ketiga, Di bidang perdagangan Eropa
ingin sekali menguasai kembali pelabuhan-pelabuhandi laut Tengah, sehingga
mereka dapat menguasai perdagangan antara Timur dan Barat.
Keempat, Sebagian pembesar Eropa
ingin menguasai tanah-tanah yang subur di negara Timur, untuk itu mereka
memberikan peluang kepada budak-budak untuk memerdekakan diri dengan jalan ikut
Perang Salib.
Kelima, Para
peziarah dari Eropa sering menbuat kekacauan selama berada di Palestina. Mereka
membawa obor dan pedang serta pasukan pengawal yang bersenjata lengkap, sering
menimbulkan kerusuhan di antara mereka. Untuk lebih menganmankan suasana,
penguasa Islam melarang peziarah membawa senjata serta obor, tetapi larangan
itu mereka anggap sebagai suatu penghinaan terhadap ajaran Kristen, apa lagi
sebagian dari peziarah itu terdiri dari penjahat-penjahat yang ingin menghapus
dosanya. Para pemimpin agama Kristen mengeluarkan pernyataan yang
mengatakan bahwa para penjahat tidak akan diampuni dosanya kecuali bila mereka
melakukan ziarah ke Baitul Maqdis.
7. Meneladani Sipat-Sipat Shalahuddin Al Ayyubi, Pahlawan Islam Dari
Seratus Medan Pertempuran (1137 – 1193 M) SULTAN SALAHUDDIN AL-AYYUBI,
Namanya
telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki jiwa patriotik
dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena
telah mampu menyapu bersih, menghancurleburkan tentara salib yang merupakan
gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa.
Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di
kalangan Islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat
estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka Salahuddinlah yang
mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media
peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan kepahlawanan pantang menyerah
yang ditunjukkan melalui “Siratun Nabawiyah”. Hingga kini peringatan itu
menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam.
Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik
bergabung menyatu dengan sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri
pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan
dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama
dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya
dapat memukul mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Lionheart dari
Inggris.
Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang
paling panjang dan dahsyat penuh kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat
manusia, memakan korban ratusan ribu jiwa, di mana topan kefanatikan membabi
buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke daerah Asia Barat yang
Islam.
Seorang penulis Barat berkata, “Perang Salib merupakan salah
satu bagian sejarah yang paling gila dalam riwayat kemanusiaan. Umat Nasrani
menyerbu kaum Muslimin dalam ekspedisi bergelombang selama hampir tiga ratus
tahun sehingga akhirnya berkat kegigihan umat Islam mereka mengalami kegagalan,
berakibat kelelahan dan keputusasaan. Seluruh Eropa sering kehabisan manusia,
daya dan dana serta mengalami kebangkrutan sosial, bila bukan kehancuran total.
Berjuta-juta manusia yang tewas dalam medan perang, sedangkan bahaya kelaparan,
penyakit dan segala bentuk malapetaka yang dapat dibayangkan berkecamuk sebagai
noda yang melekat pada muka tentara Salib. Dunia Nasrani Barat saat itu memang
dirangsang ke arah rasa fanatik agama yang membabi buta oleh Peter The Hermit
dan para pengikutnya guna membebaskan tanah suci Palestina dari tangan kaum
Muslimin.
kesimpulan
dari
sejarah ini, banyak yang kita pelajari, mulai dari perjuangan, pengorbanan,
harapan, hingga mengorbankan nyawa untuk memperjuangkan agama islam, dari yahudi
dan nasrani.
sungguh
tokoh yang harus patut kuta contoh, dari kecil tlah belajar mencintai negara,
agama, dan akidahnya, hingga ia bisa menaklukan beberapa negara, perang salib
pun, beliau jadi komandan yang paling depan untuk memerangi umat yang mau
menghancurkan umat islam.
Sejarah Dan
Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Ayyubiyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beralihnya
tampuk kekuasaan dari dinasti Fathimiyyah ke tangan dinasti Ayyubiyyah
mengakhiri berkembang luasnya paham syi’ah di Mesir. Shalahuddin membawa
pembaharuan bagi mesir dan merupakan angin segar bagi para penganut Ahli Sunnah
wal Jama’ah.
Perkembangan
Dinasti Ayyubiyyah tidak terlepas dari peran besar Shalahudin sendiri.
Shalahudin mempunyai dua tugas utama sebagai khalifah Ayyubiyyah. Pertama,
sebagai seorang negarawan yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah. Kedua,
sebagai panglima perang salib yang telah berhasil mengalahkan tentara salib.
Untuk tugas
pertama, beliau telah banyak mengadakan pembangunan, membangun administrasi
negara, ekonomi, perdagangan, memajukan ilmu pengetahuan, membangun madrasah
dan sekolah, mengembangkan dalam bidang kegamaan mazhab Ahli Sunnah wal
Jama’ah. Dan untuk tugas kedua beliau telah membangun persatuan bangsa Arab di
bawah naungan Abbasiyah di Baghdad untuk menghadapi agresi tentara salib,
membangun benteng pertahanan militer yang terkenal dengan benteng Solahudin.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya dinasti
Al-Ayyubiyah?
2. Apa saja perkembangan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al-Ayyubiyah?
3. Siapa saja tokoh ilmuwan muslim dalam
kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al Ayyubiyah?
4. Apakah ibrah perkembangan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al-Ayyubiyah untuk masa kini dan
yang akan datang?
5. Seperti apakah caranya meneladani sikap
keperwiraan Shalahuddin al-Ayyubi?
BAB II
PERKEMBANGAN
ISLAM PADA MASA DINASTI AL AYYUBIYAH
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Al-Ayyubiyah
Pendiri
Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) adalah Shalahudin Yusuf
al-Ayyubi putra dari Najamuddin bin Ayyub lahir di Takriet 532 H/1137 M
meninggal 589 H/ 1193 M dimasyurkan oleh bangsa Eropa dengan nama Saladin
pahlawan perang salib dari keluarga Ayyubiyah suku kurdi. Dinasti ini berdiri
di atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin
mengembalikannya ke faham sunni-Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Pada masa Nuruddin
Zanki (gubernur Suriah dari bani Abbasiyah), Shalahuddin diangkat sebagai
panglim tentara di Balbek, kehidupannya penuh dengan perjuangan dan peperangan
karena ditugaskan untuk menghadapi tentara salib dalam merebut kembali Baitul
Maqdis (kota Yerussalem) yang sudah dikuasai selama 92 tahun (perhitungan tahun
hijriyah) atau selama 88 tahun (perhitungan tahun masehi) oleh tentara salib.
Di saat Mesir
mengalami krisis di segala bidang maka orang-orang Nasrani memproklamirkan
perang Salib melawan Islam, yang mana Mesir adalah salah satu Negara Islam yang
diintai oleh Tentara Salib. Shalahudin al-Ayyubi seorang panglima tentara Islam
tidak menghendaki Mesir jatuh ke tangan tentara Salib, maka dengan sigapnya
Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera mengambil alih Mesir dari
kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan diri dari
serangan Tentara Salib. Menyadari kelemahannya Dinasti Fatimiyah tidak banyak
memberikan perlawanan, mereka lebih rela kekuasaannya diserahkan kepada
Shalahudin dari pada diperbudak tentara salib yang kafir. Maka sejak saat itu
selesailah kekuasaan Dinasti Fatimiyah di Mesir, berpindah tangan ke Shalahudin
al-Ayyubi. Shalahuddin al Ayyubi yang telah menguasai Halb dan Maushil,
menjadikan pasukan salib terkepung di Baitul Maqdis oleh pasukan Shalahuddin al
Ayyubi. Di utara oleh pasukan Shalahuddin al Ayyubi di Suriah, dari selatan
oleh pasukan di Mesir, dan dari timur
pasukan di Yordania. Jadi berdirilah negara Ayyubiyah dengan kepala
pemerintahan Shalahuddin al Ayyubi yang wilayahnya mencakup Mesir, Suriah,
sebagian wilayah Irak dan Yaman.
.
B. Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada
Masa Dinasti Al-Ayyubiyah
Shalahudin
panglima perang Muslim yang berhasil merebut Kota Yerusalem pada Perang Salib
itu tak hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga peradaban Barat. Sosoknya
begitu mempesona. Ia adalah pemimpin yang dihormati kawan dan dikagumi lawan.
Di era keemasannya, dinasti ini menguasai wilayah Mesir, Damaskus, Aleppo,
Diyarbakr, serta Yaman. Masa dinasti ini pula perkembangan wakaf sangat
menggembirakan, wakaf tidak hanya terbatas pada benda tidak bergerak, tapi juga
benda bergerak semisal wakaf tunai. Tahun 1178 M/572 H, dalam rangka
menyejahterakan ulama dan kepentingan misi mazhab Sunni, Salahuddin Al-Ayyubi
menetapkan kebijakan bahwa orang Kristen yang datang dari Iskandar untuk
berdagang wajib membayar bea cukai. Tidak ada penjelasan, orang Kristen yang
datang dari Iskandar itu membayar bea cukai dalam bentuk barang atau uang,
namun lazimnya bea cukai dibayar dengan menggunakan uang. Uang hasil pembayaran
bea cukai itu dikumpulkan dan diwakafkan kepada para fuqaha’ dan para
keturunannya.
Sebagaimana
dinasti-dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang
gemilang dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu
mencakup berbagai bidang, diantaranya adalah :
1. Bidang Arsitektur dan Pendidikan
Penguasa
Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini
ditandai dengan dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat
pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar
al Hadist al-Kamillah juga dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok
hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam
bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa Arab, bangunan masjid di
Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.
Shalahuddin juga membangun benteng setelah menyadari bahwa ancaman pasukan
salib akan terus menghantui, maka tugas utama dia adalah mengamankan Kairo dan
sekitarnya (Fustat). Penasihat militernya saat itu mengatakan bahwa Kairo dan
Fustat masing-masing membutuhkan benteng pertahanan, tapi Shalahuddin memiliki
ide brilian, bahwa dia akan membangun benteng strategis yang melindungi secara
total kotanya. Selanjutnya, dia memerintahkan untuk membangun benteng kokoh dan
besar diatas bukit Muqattam yang melindungi dua kota sekaligus Kairo dan
Fustat.
Proyek besar
Citadel dimulai pada 1176 M dibawah Amir Bahauddin Qaraqush. Shalahuddin juga
membangun dinding yang memagari Kairo sebagai kota residen bani Fatimiyyah,
sekaligus juga memagari benteng kebesarannya serta Qata’i-al Fustat yang saat
itu merupakan pusat ekonomi Kairo terbesar. Selain itu, juga berdiri masjid
agung di Sulaiman yang dimulai pembangunannya sejak dinasti Umayyah pada 717 M,
masjid agung Aleppo hingga kini masih menjadi salah satu karya besar arsitektur
di dunia muslim. Di masjid agung Aleppo terdapat makam Nabi Zakaria dan di
Damaskus terdapat makam Nabi Yahya. Bentuk dan konstruksi masjid agung Damaskus
dari dulu hingga kini masih terjaga, sementara masjid Aleppo sudah banyak
mengalami perubahan dari bentuk aslinya karena sempat diguncang gempa bumi dan
dihancurkan oleh serangan Bizantium dan tentara Mongol. Meski tak lagi mewarisi
struktur masjid peninggalan bani umayyah, namun masjid agung Aleppo sangat
dikenal sebagai masterpiece dalam dunia islam, karena mewarisi sentuhan beragam
dinasti islam yang pernah Berjaya.
2. Bidang Filsafat dan Keilmuan
Bukti
konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang
Arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang
kedokteran ini telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat
pikiran.
3. Bidang Industri
Kemajuan di bidang
ini dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih
dibanding buatan orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik
gelas.
4. Bidang Perdagangan
Bidang ini
membawa pengaruh bagi Eropa dan negara–negara yang dikuasai Ayyubiyah. Di Eropa
terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan
internasional melalui jalur laut, sejak saat itu Dunia ekonomi dan perdagangan
sudah menggunakan sistem kredit, bank, termasuk Letter of Credit (LC), bahkan
ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.
5. Bidang Militer
Selain
memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan sebagainya, ia juga
memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping
itu, adanya perang Salib telah membawa dampak positif, keuntungan di bidang
industri, perdagangan, dan intelektual, misalnya dengan adanya irigasi.
C. Tokoh Ilmuwan Muslim dan Perannya dalam
Kemajuan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al Ayyubiyah
Pada masa
dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al Ayyubi beserta keluarga dan pendiri-pendiri
dinasti sangat memperhatikan kelangsungan berbagai bidang termasuk bidang
pendidikan dan pengetahuan. Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan yang
sangat berpengaruh pada perkembangan kebudayaan atau peradaban Islam, mereka di
antaranya adalah:
1. Abdul Latif al Bagdadi dan Al - Hufi,
ahli ilmu mantiq dan bayan (bahasa)
2. Syekh Abul Qasim al Manfalubi, ahli Fiqih
3. Syamsudin Khalikan, ahli sejarah
4. Abu Abdullah al Quda’i, ahli Fiqih,
Hadits dan Sejarah
5. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli
nahwu
6. Hasan bin Khatir al Farisi, ahli Fiqih
dan Tafsir
7. Maimoonides, ahli ilmu astronomi, ilmu
ke-Tuhanan, tabib, dan terutama sebagai ahli filsafat.
8. Ibn al Baytar (1246 M), dokter hewan dan
medikal. Beberapa karyanya yang sampai saat ini masih terkenal di wilayah Eropa
tentang buku ramuan obat Islam “ Management Of The Drug Store”
9. Sejumlah penulis, sastarawan, dan ilmuwan
termuka, seperti Abu Firas Al Hamadani dan Thayib al Mutanabbi.
D. Ibrah Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam
pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah untuk Masa Kini dan Yang Akan Datang
Shalahuddin
al Ayyubi sangat berusaha keras dalam menghadapi perang salib, dan dalam
membentengi umat Islam dari kristenisasi. Misalnya memberi sumber untuk
pembangunan masjid, pembuatan sekolah gratis kepada siswa muslim yang tidak
mampu, dan pemberian sandang pangan bekas namun masih layak pakai. Sikap
seorang negarawan yang tegas dan berani sepertinya patut dicontoh apalagi pada
saat sekarang ini yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada
kepentingan bersama. Seperti sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot
jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan mereka justru mengganggu
gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan korupsi,
dan yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok. Rasa yang sangat
mengutamakan pendidikan dan pengetahuan juga penting untuk dilanjutkan pada
setiap generasi. Karena ilmu dan pendidikan merupakan modal utama untuk menjaga
dan mempertahankan kebudayaan atau peradaban Islam. Ilmu juga mendapat tempat
yang sama pentingnya dengan agama, yaitu untuk mengetahui ajaran-ajaran agama
dan hukum-hukum Islam.
Melihat
perjuangan yang sangat heroik dari Shalahuddin al Ayyubi, hendaklah kita
berusaha dengan tekad dan kuat dalam mensyiarkan agama Islam agar upaya
kristenisasi tidak akan berkembang lagi, dan Islam juga tetap konsisten di
zaman yang sudah modern sekarang. Sebaliknya, kehidupan umat manusia saat ini
justru hawa nafsu lebih mendonasi ketimbang moral dan akal. Peran dalam bentuk
non fisik inilah apalagi di tengah perkembangan globalisasi saat ini, yang
terkadang memperlemah semangat keimanan umat Islam. Maka dari itu, sebagai
langkah awal yang sederhana peringatan maulid Nabi Muhammad SAW menjadi sangat
penting.
E. Meneladani Sikap Keperwiraan Shalahuddin
al-Ayyubi
Shalahudin al
Ayyubi adalah seorang muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen dengannya. Ia
tahu hak tanah airnya kemudian mempertahankannya. Ia tahu hak-hak saudaranya
kaum Muslimin kemudian menunaikan hak-hak tersebut dengan sebaik-baiknya.
Shalahudin al Ayyubi juga merupakan panglima perang Muslim yang dihormati kawan
dan dikagumi lawan karena akhlaknya dan tindakannya yang tangguh tetapi tetap
mengakui hak asasi manusia dalam setiap peperangan yang dilakukannya. Sikap
keperwiraan Shalahudin al Ayyubi lainnya yang baik dicontoh adalah:
1. Membela agama dan rakyat
2. Memadamkan pemberontakan
3. Menghadapi tentara salib
4. Mempertahankan agama dan negara
Beliau juga
sosok yang memiliki toleransi tinggi terhadap umat beragama, seperti contohnya:
1. Ketika beliau menguasai Iskandariyah, ia
tetap mengunjungi orang-orang kristen
2. Ketika perdamaian dengan tentara salib
tercapai, beliau masih mengizinkan orang-orang kristen berziarah ke Baitul
Maqdis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Shalahudin Yusuf al-Ayyubi adalah Pendiri
Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) yang berdiri di atas sisa-sisa
Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin mengembalikannya ke
faham sunni Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir
untuk segera mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak
akan mampu mempertahankan diri dari serangan Tentara Salib.
2. Dinasti Ayyubiyah mencapai kemajuan yang
gemilang mencakup di berbagai bidang, yaitu: bidang arsitektur dan pendidikan,
bidang filsafat dan keilmuan, bidang industri, perdagangan, dan militer.
3. Shalahudin al-Ayyubi sangat memperhatikan
pendidikan dan pengetahuan. Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan dari
berbagai disiplin ilmu seperti ilmu Fiqih, kedokteran, filsafat, bahasa,
sejarah, dan lain-lain.
4. Sikap tegas Shalahuddin yang langsung
mencopot jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan mereka justru
mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang
melakukan korupsi, dan yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok.
5. Shalahudin al Ayyubi adalah seorang
muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen dengannya, tahu hak-hak saudaranya
kaum Muslimin kemudian menunaikannya, dan
hak tanah airnya kemudian mempertahankannya.
B. Saran
Demikianlah
makalah yang telah saya susun tentunya dalam hal ini masih banyak kekurangan,
saya harap makalah ini dapat menambah wawasan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah yang
selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Mubarok,
Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Kuraisy.
Sayyid,
Al-Wakil. 1998. Wajah Dunia Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Yatim, Badri.
2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sobat sedang
membaca artikel tentang Sejarah Dan Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti
Ayyubiyah dan sobat bisa menemukan artikel Sejarah Dan Perkembangan Islam Pada
Masa Dinasti Ayyubiyah ini dengan url http://irwan-adab.blogspot.com/2013/08/sejarah-dan-perkembangan-islam-pada.html, sobat boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
jika artikel Sejarah Dan Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Ayyubiyah ini
sangat bermanfaat bagi teman-teman sobat, namun jangan lupa untuk meletakkan
link Sejarah Dan Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Ayyubiyah sebagai
sumbernya.